Sunday, April 9, 2017

Orang cerdas yang berakhir menjadi pemulung

Orang yang jenius pasti memiliki IQ tinggi. Namun memiliki IQ tinggi saja tidak cukup apabila tidak bisa bersosialisasi dengan keadaan sekitar. Apakah Anda tahu orang yang memiliki IQ tertinggi di dunia? Jika Anda menjawab Albert Einstein, jawabannya salah. Orang yang memiliki IQ tertinggi di dunia adalah William James Sidis. Sidis adalah orang yang memiliki IQ tertinggi di dunia dengan IQ 250-300. Tetapi, mengapa namanya tenggelam dan kurang dikenal walau IQnya mencapai kisaran 250-300 sedangkan orang yang memiliki IQ lebih rendah darinya malah lebih terkenal darinya?
William James Sidis lahir pada tanggal 1 april 1898 Di Amerika Serikat. Karena kejeniusannya dia mengerti 200 jenis bahasa di dunia dan bisa menerjamahkannya dengan mudah dan sangat cepat. Dia bisa mempelajari sebuah bahasa secara keseluruhan dalam sehari. Keberhasilan William Sidis adalah keberhasilan sang Ayah, Boris Sidis yang seorang Psikolog handal berdarah Yahudi.
Pada usia 8 bulan dia sudah bisa makan sendiri dengan menggunakan sendok (kalau anak yang biasa-biasa sih usia 8 bulan, cuma bisa tidur, nangis, makan di suapin, toh nanti kalau makan sendiri pasti acak-acakan). Pada usia belum genap 2 tahun, dia sudah menjadikan New York Times sebagai teman sarapan paginya. Semenjak saat itu namanya menjadi langganan headline surat kabar. Sebelum berusia 8 tahun, dia sudah menulis buku diantaranya tentang anatomy dan astronomy. Pada usia 11 tahun Sidis diterima di Universitas Harvard sebagai murid termuda. Dia mampu menjelasakanJasad Empat Dimensidi depan para professor matematika.
Tapi siapa sangka orang jenius seperti dia menjadi seorang pemulung. Memiliki IQ tinggi saja tidak cukup jika tidak bisa bersosialisai. Seperti halnya William James Sidis, dia tidak bisa bersosialisasi, memiliki sedikit sekali teman bahkan diasingkan oleh teman sekampusnya. Ada seorang reporter yang bertemu dengan seorang pemulung besi tua nan papa, ternyata dialah William James Sidis. Dia meninggal pada usia 46 tahun, dimana para ilmuan berada dalam masa produktifnya. Popularitas dan kehebatannya pada bidang matematika membuatnya tersiksa. Beberapa tahun sebelum ia meninggal, dia memang sempat mengatakan kepada pers bahwa ia membenci matematika.  

No comments:

Post a Comment