Tidak terasa, Playstation 4 ternyata sudah berumur hampir 4 tahun. Kebijakan Sony yang tepat, khususnya ketika berbicara soal game-game eksklusif berhasil membuatnya tampil sebagai produk konsol paling populer di pasaran saat ini, dengan penjualan yang senantiasa menundukkan kompetitor yang ada. Namun sayangnya, seperti “kebiasaan” sebuah peralihan generasi, popularitas ini juga berarti ruang napas yang semakin sempit untuk generasi sebelumnya. Setelah berusaha bertahan dengan game-game yang semakin menipis, Sony akhirnya memutuskan untuk menyudahi sepak terjang Playstation 3 di usianya yang ke-11. Proses produksi untuk pasar Jepang mulai dihentikan, sebuah kebijakan yang sepertinya akan diikuti oleh region lain dalam waktu dekat.
Playstation 3 memang tak bisa terhitung sebuah konsol yang sempurna. Mengambil pendekatan yang berbeda dengan sang kompetitor – Xbox 360, Sony merilisnya dengan teknologi chip yang begitu fantastis di kala itu, hingga tak ada satupun developer yang mengerti bagaimana untuk mengoptimalkannya di hari pertama. Hasilnya? Port game third party yang seringkali berakhir berantakan sempat membuat Sony kelabakan, apalagi dengan beberapa kasus kontroversial seperti peretasan yang bahkan sempat “membunuh” PSN dalam waktu yang cukup lama. Walaupun demikian, seiring dengan semakin “tua” dan “dewasa”-nya konsol ini, Playstation 3 kian terlihat memesona, terutama lewat game eksklusif yang ditawarkan Sony.
Menyederhanakan game-game keren Playstation 3 ke dalam sebuah daftar toplist yang hanya berisikan 10 saja memang tidak mudah, karena harus diakui, 11 tahun eksistensinya memang berisikan banyak game-game keren yang sulit untuk diabaikan begitu saja. Game-game dengan daya tarik yang begitu memesona hingga Sony sendiri tak ragu untuk merilis ulang beberapa dari mereka dalam format visual yang lebih baik di Playstation 4, dengan resepsi yang sama positifnya.
Lantas, dari semua game eksklusif yang sempat dirilis di Playstation 3, manakah yang menurut kami pantas untuk dikategorikan sebagai yang terbaik di antara yang terbaik? Ini dia vers i JagatPlay:
Demon’s Souls
Seri Souls memang tengah meraih popularitas super tinggi saat ini. Ia dijadikan sebuah contoh bagaimana game modern masih bisa mengusung tingkat kesulitan yang serupa dengan platform klasik tetapi tetap dicintai di saat yang sama. Berbicara soal game dari Bandai Namco ini, maka banyak gamer yang mengira bahwa seri pertamanya merupakan seri Dark Souls yang dirilis secara multi-platform. Padahal, ide ini pertama kali ditawarkan oleh Sony via Demon’s Souls yang walaupun masih belum sempurna, bisa disebut sebagai pondasi untuk game action RPG yang siap untuk membuat Anda frustrasi ini. Di balik semua animasi yang masih kaku dan cerita misterius yang sulit untuk dipahami, lahirlah sebuah konsep yang berhasil membuat banyak game melemparkan DualShock 3 mereka ke sudut ruangan.
Heavy Rain
Ketika berbicara soal game interactive story, maka Anda tidak akan bisa melewatkan nama Quantic Dreams. Lewat kemampuan Playstation 3 di masa lalu, mereka berhasil membawa konsep ini lewat sebuah eksekusi cerita yang manis bernama Heavy Rain. Game ini mungkin akan “mencuri” hati Anda dari sisi visual sebagai impresi pertama, namun begitu Anda menyelaminya, Anda akan tetap bertahan karena daya tarik cerita yang penuh misteri di atasnya. Bercerita soal pembunuh berantai bernama Origami Killer yang menargetkan anak di bawah umur sebagai korban, Heavy Rain mengkombinasikan visual, voice acting, dan gameplay yang dibangun di atas cabang cerita yang begitu luas sebagai daya tarik utama. Tentu saja, untuk menikmatinya, sebisa mungkin Anda harus menghindari spoiler siapa sebenarnya si Origami Killer tersebut.
Journey
Apakah game harus selalu soal kekerasan? Bahwa tanpa konten darah dan potongan tubuh, ia akan berakhir menjadi sebuah konsep yang tak menarik? Journey membuktikan hal yang sebaliknya. Bahwa terkadang, konsep yang baru dan menyegarkan dengan eksekusi yang manis, justru mampu meningkatkan video game ke level lebih tinggi. Journey adalah sebuah game soal perjalanan, eksplorasi, dan keterikatan emosional untuk orang asing yang bahkan tak pernah Anda temui di dunia nyata sekalipun. Dunia yang indah, bentuk komunikasi antar player yang tak biasa, serta misteri yang menunggu untuk Anda buka membuat Journey tampil sebagai sebuah game yang “sederhana”, tetapi juga kompleks di saat yang sama.
Ni No Kuni: Wrath of the White Witch
Di awal rilis, Playstation 3 bisa disebut sebagai “neraka” untuk game JRPG. Ketika konsol kompetitor di kala itu – Xbox 360 berhasil mendapatkan judul eksklusif seperti Lost Odyssey dan Blue Dragon, Playstation 3 harus gigit jari dan merenungi nasibnya di sudut ruangan. Namun untungnya, seiring dengan perjalanan waktu, ia mulai disuguhi beberapa judul yang akan terus membekas di hati siapapun yang mencicipinya. Bagi para penggemar JRPG, Ni No Kuni: Wraith of the White Witch memenuhi mimpi tersebut. Kualitas visual fantastis dengan campur tangan Ghibli Studios di atasnya disempurnakan dengan mekanik gameplay seru layaknya Pokemon dan cerita fantasi yang solid. Ni No Kuni akan jadi game yang siap untuk membuat Anda jatuh hati sejak pandangan pertama.
Infamous 2
Selama beberapa tahun terakhir ini, setidaknya sejak dimulainya Marvel Universe, superhero memang jadi “tren” baru untuk memasuki dunia geek yang ternyata punya potensi jual besar. Namun di masa lalu, ketika tren ini belum begitu gencar, Sony sebenarnya sudah mengeksplorasinya terlebih dahulu bersama dengan Sucker Punch. Lewat tangan dingin mereka, lahirlah Infamous. Seri pertama yang masih kaku dan kasar kemudian disempurnakan secara signifikan di Infamous 2, yang hadir dengan sistem moral lebih menarik, dunia yang lebih luas, hingga cerita yang jauh lebih solid. Infamous 2 bahkan bisa dibilang, mengeksekusi banyak hal lebih baik dibandingkan dengan seri terbaru – Infamous: Second Son sekalipun.
Metal Gear Solid 4: Guns of the Patriots
Apakah Metal Gear Solid 4 adalah sebuah mahakarya? Pertanyaan ini akan efektif untuk memicu pembahasan sengit dan mungkin pertengkaran besar. Sesuatu yang sangat dimengerti, karena Kojima memutuskan untuk membawa level “keanehan” Metal Gear Solid ke tingkat lebih tinggi via seri keempat ini. Bahwa seri yang didesain untuk membawa konklusi akhir bagi sepak terjang Solid Snake ini bahkan memuat sebuah cut-scene yang lebih dominan dibandingkan gameplay, membuatnya terasa seperti sebuah film interaktif. Namun sulit untuk dibantah, bahwa pengalaman yang ia tawarkan memang tiada duanya. Masih penuh dengan lelucon sederhana di sana-sini, Kojima berhasil membawa aksi terakhir sang legenda ini menjadi sesuatu yang pantas untuk terus diingat dan dikenang. Siapa yang bisa melupakan pertarungan tangan kosong antara Solid Snake dan Ocelot di bagian akhir? What a game..
God of War III
Egois, brutal, dan siap untuk membunuh siapapun yang berani untuk menghalangi aksi balas dendamnya, Kratos kembali dengan pengalaman yang jauh lebih keren di God of War III. Kekuatan ekstra yang ditawarkan oleh Playstation 3 di kala itu berhasil membuat kualitas visual dewa perang yang satu ini terlihat lebih menawan. Namun yang membuatnya fantastis bukan sekedar soal presentasi saja, tetapi lewat desain level, boss, hingga scene QTE sinematik yang tak lagi menahan diri. Pertempuran terakhir Kratos untuk menghabisi Zeus ini diisi dengan pertempuran melawan para dewa yang cerdas, penuh potongan tubuh, dan tanpa ampun. Semakin besar dan seram dewa yang ia lawan, semakin kejam dan “menjijikkan” pula cara Kratos menanganinya. Apalagi si developer – Sony Santa Monica juga tak ragu mengeksplorasi beragam pendekatan sudut pandang untuk memproyeksikan pesan tersebut.
Uncharted 2: Among Thieves
Ada alasan yang kuat mengapa hampir semua gamer yang memainkan hampir semua seri Uncharted akan menyebut Uncharted 2 sebagai seri paling favorit mereka, bahkan ketika Uncharted 4 dilepas ke pasaran sekalipun. Kuncinya terletak pada peningkatan pengalaman yang signifikan. Naughty Dog terlihat jelas belajar banyak dari beragam kritik terhadap seri pertama Uncharted yang berakhir seperti game action “biasa”. Lewat seri keduanya, mereka membangun sebuah pengalaman game action yang belum pernah ada sebelumnya. Sebuah game action yang tak hanya menawarkan animasi gerak yang halus, tetapi juga sinematik dan epik di saat yang sama. Salah satu eksekusi yang menawan adalah keputusan untuk menghadirkan scene-scene aktif yang di game lain, seringkali berakhir sekedar sebagai cut-scene. Di sini, Anda harus mengendalikan Nathan Drake yang berusaha untuk kabur dari rumah yang mulai runtuh dengan perabotan yang berjatuhan
No comments:
Post a Comment